Monday, November 24, 2014

Yth. Bpk/ibu kami mensuplay kebutuhan ayam kampung organik. Panen rutin. Kandang sekitar Solo. Hub. 081226095035/ 085642153636. Trims

Yth. Bpk/ibu kami mensuplay kebutuhan ayam kampung organik. Panen rutin. Kandang sekitar Solo. Hub. 081226095035/ 085642153636. Trims

Tuesday, September 30, 2014

ANALISA USAHA AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Berikut analisis bisnis ternak ayam kampung super per 1000 ekor :

Pengeluaran

Pembelian bibit @4500x1000ekor = Rp.4.500.000
Pakan @350.000x40zak = Rp.14.000.000
Vitamin, obat dan vaksin Rp.700.000
Sekam pemanas tenaga Rp.2.000.000
         
Total pengeluaran = Rp.21.200.000

Pemasukan

Asumsi kematian 10% maka jumlah ayam yang dipanen (1000-100=900ekor) dengan konsumsi pakan 40 zak dan berat rata-rata 1kg. Harga ayam panen 28.000 per ekor maka hasil penjualan 900 ekor x Rp.28.000 = Rp.25.200.000.

Pendapatan bersih = pemasukan - pengeluaran = Rp.25.200.000-Rp.21.200.000 = Rp.4.000.000 per seribu ekor atau Rp.4.000 per ekor


Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

MANAJEMEN BETERNAK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

MANAJEMEN BETERNAK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Kesalahan vaksin dan juga waktu pelaksanaan vaksinasi dapat memberikan efek negatif terhadap DOC. Waktu yang tepat dalam pemberian vaksin ND aktif yaitu umur 3-4 hari. Kebiasaan peternak yang dilakukan yaitu turun dari box doc langsung divaksin, hal ini jelas merugikan karena doc yang masih berumur 1 hari masih memiliki antibodi maternal bawaan dari induk, sehingga jika dipaksakan maka titer antibodi yang diharapkan tidak mampu memproteksi anak ayam kampung dari penyakit ND atau malah tidak terbentuk sama sekali. Jika memungkinkan belilah vaksin di toko yang terotorisasi, karena kebanyakan kulkas/pendingin yang tidak standar enyebabkan vaksin mudah rusak dan tidak mampu memproteksi.

Kesalahan pengaturan alat pemanas (brooder). Alat pemanas berfungsi untuk membantu anak ayam/ doc ayam kampung untuk mengatur suhu tubuhnya. Sehingga keberadaan alat pemanas untuk DOC mutlak diperlukan. Pada periode kritis alat pemanas harus senantiasa dijaga fungsinya sehingga mampu mempertahankan suhu yang diinginkan. Pengaturan jarak antara alat pemanas dengan litter juga perlu mendapat perhatian. Coba perhatikan penyebaran anak ayam di bawah alat pemanas, apabila menyebar merata berarti suhu sudah ideal tapi kalau anak ayam menjauhi alat pemanas atau menggerombol di bawah alat pemanas maka suhu alat pemanas masih belum ideal.

Terjadinya infeksi. Sanitasi lingkungan kandang yang kurang baik dapat enyebabkan tumbuh suburnya mikroorganisme penyebab penyakit tertentu. Apabila anak ayam terinfeksi maka bisa menyebabkan system kekebalan tubuh ayam menurun. Akibatnya ayam akan menunjukkan gejala penyakit secara umum seperti demam, lesu, tidak mau makan dan minum. Anak ayam yang sudah terinfeksi akan memilih berdiam diri di bawah alat pemanas untuk menghangatkan tubunya. Karena terlalu lamanya anak ayam tersebut berada di bawah alat pemanas menyebabkan dehidrasi dan tak jarang berujung pada kematian.

Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

KANDANG IDEAL AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

KANDANG IDEAL AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Untuk menciptakan kondisi ideal tentunya harus memperhatikan kondisi ideal dalam beternak ayam kampung super diantaranya sebagai berikut: Lebar kandang maksimal 7 meter, Panjang menyesuaikan populasi (perbandingan 1 meter persegi untuk 15 ekor ayam sampai panen). Lantai kandang litter disemen kasar dan diberi sekam sebagai alasnya (tidak boleh diganti/dibersihkan sebelum ayam dipanen, bila menggunakan sekam, sebaiknya tiap minggu ditambah).

Sekeliling dinding cukup menggunakan bambu/ kawat strimin untuk sirkulasi udara. Atap tertutup dengan genteng / asbes. Arah kandang sebaik membujur dari timur ke barat. Ketinggian kandang sebaiknya tidak kurang dari 2 m atau kandang panggung. Untuk daerah dingin kandang panggung bisa diisi atas bawah untuk efisiensi. Sepanjang kondisi masih memungkinkan.

Lokasi kandang yang ideal adalah memiliki jarak dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang. Sebelum kandang diisi dengan ayam kampung, perlu dilakukan penyucihamaan dengan disinfektan yang tidak berbahaya bagi ayam.

Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

PAKAN BERKUALITAS UNTUK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

PAKAN BERKUALITAS UNTUK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)


PAKAN BERKUALITAS UNTUK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Pakan pada ayam kampung memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan pertumbuhan ayam kampung. Meskipun ayam kampung super memiliki perkembangan genetik lebih cepat dibanding ayam kampung biasa namun jika pemberian pakan yang kurang bermutu maka pertumbuhan ayam kampung super tidak akan bisa maksimal. Alangkah bagusnya dalam pemberian pakan ayam kampung super juga sam berkualitasnya dengan ayam broiler seperti dengan menggunakan pakan pabrikan. Meski demikian sebenarnya pakan untuk ayam kampung tidaklah serumit pakan untuk ayam lain seperti broiler, ayam petelur dan lain-lain.
Hal terpenting dalam menyusun ransum untuk ayam kampung harus memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg. Untuk Jumlah pakan yang diberikan untuk ayam kampung disesuaikan dengan usia ayam kampung itu sendiri. Selain makanan, ayam kampung memerlukan minuman. Minuman diberikan secara tidak terbatas, disediakan wadah untuk minuman, jika habis ditambahkan lagi.

Pemberian pakan ayam kampung super sebagai berikut: 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu, 19 gram/per hari sampai umur 2 minggu, 34 gram/per hari sampai umur 3 minggu, 47 gram/per hari sampai umur 4 minggu, 58 gram/per hari sampai umur 5 minggu, 66 gram/per hari sampai umur 6 minggu, 72 gram/per hari sampai umur 7 minggu, 74 gram/per hari sampai umur 8 minggu.

Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

PEMILIHAN BIBIT PADA AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

PEMILIHAN BIBIT PADA AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Bibit ayam kampung atau lebih dikenal dengan Day Old Chick/DOC merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Jika tujuan pemeliharaan ayam kampung untuk tujuan diambil daging, maka memilih DOC dari keturunan ayam yang bertubuh besar dan pertumbuhan yang cepat diprioritaskan. Selain itu waktu penetasan bibit ayam kampung (DOC) harus tepat waktu(21 hari) tidak terlalu cepat atau terlalu lama.

Ciri-ciri DOC yang memiliki kualitas bagus antara lain berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap. Jangan lupa memberikan vaksinasi sesuai usia DOC.
Hindari dehidrasi pada saat pengiriman doc. Hal ini terjadi karena pengangkutan dan ketika di dalam mesin tetas. Jarak pengangkutan yang terlalu jauh dapat menyebabkan DOC mengalami dehidrasi. Penyebab dehidrasi lainnya adalah tata laksana penetasan yang kurang baik seperti suhu mesin tetas yang terlalu tinggi dengan tingkat kelembaban yang rendah.

Fase awal pemeliharaan ayam kampung super dimulai semenjak hari pertama hingga seminggu, pada masa ini sering terjadi berbagai masalah yang cukup serius dan krusial jika tidak kita cermati dengan baik, oleh karena itu peternak biasa menyebutnya dengan fase kritis I. Efek yang ditimbulkan akibat kegagalan pemeliharaan ayam kampung super pada fase awal ini antara lain, kegagalan mencapai bobot standar, kematian tinggi akibat terjadi serangan penyakit viral (yang diakibatkan oleh virus), dan yang terpenting yaitu tidak mampu secara maksimal melewati fase berikutnya.

Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

KEUNGGULAN BETERNAK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

KEUNGGULAN BETERNAK AYAM KAMPUNG SUPER (JAWA SUPER/JOPER)

Fenomena Ayam kampung super (jawa super/joper) dalam kurung waktu beberapa tahun belakangan ini telah menjadi perhatian khusus para peternak indonesia. Ayam kampung super merupakan hasil persilangan atau IB (inseminasi buatan) dari ayam jantan kampung bangkok dengan ayam betina ras petelur. Sehingga dihasilan perbaikan genetic bibit ayam yang lebih cepat pertumbuhannya
.
Ayam kampung super memiliki pertumbuhan yang cukup cepat dibandingkan dengan ayam kampung biasa yang dipelihara lebih dari 3 bulan. Ayam kampung super biasa dipelihara 45 sampai 60 hari ayam kampung super sudah bisa dipanen. Kotoran ayam kampung super tidak menimbulkan bau yang menyengat seperti ayam potong/broiler. Berdasarkan uji laboratorium ayam kampung super memiliki protein tinggi dan rendah lemak sehingga banyak diminati pengunjung restaurant atau rumah makan.

Keuntungan beternak ayam kampung super ini selain angka kematian (mortalitas) yang rendah dengan rasa daging yang sama dengan ayam kamung asli, juga cara pemeliharaan sangat mudah, tidk menyita waktu dan tenaga. Dari segi harga jual, ayam kampung harganya lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan dengan ayam broiler (ayam potong), berkisar dari 28 ribu sampai 32 ribu hidup per kilogram.

Peternak Ayam Kampung Super (Jawa Super / Joper) Panen Sedia Panenan Rutin Tiap Hari Sekitar Sragen, Karanganyar, Solo Kontak Person 081226095035/ 085642153636.

Saturday, September 27, 2014

Jual ayam joper / ayam kampung super / jawa super panen rutin tiap hari kandang di sekitar solo hub 081226095035/ 085642153636. Thx

Jual ayam joper / ayam kampung super / jawa super panen rutin tiap hari kandang di sekitar solo hub 081226095035/ 085642153636. Thx

Monday, March 02, 2009

Optimalkan Program Kesehatan Unggas, Investasi Aman Peternak Senang

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk peternakan khususnya daging ayam sangat tinggi dan hal ini menyebabkan penggunaan obat-obatan untuk pencegahan dan perawatan/perlakuan terhadap penyakit ayam menjadi semakin penting agar daging dapat diproduksi secara efisien. Untuk mempertahankan efisiensi produksi ayam pedaging disatu sisi dan menyediakan produk peternakan yang aman untuk dikonsumsi, perlu diusahakan alternatif penggunaan antibiotik atau probiotik dalam industri perunggasan.
Didalam budidaya perunggasan faktor penyebaran penyakit pada unggas dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Karena itu pengawasan yang ketat perlu dilakukan dan perlu juga perhatian yang lebih jika ayam yang dipelihara terinfeksi suatu penyakit. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan seperti: umur ayam yang terinfeksi penyakit, tingkat morbiditas, jenis antibiotik dan dosis antibiotik yang akan digunakan untuk mengobati ayam yang sakit, semuanya ini merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh seorang peternak .
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian antibiotik, vaksin, dan probiotik pada ayam : 1. Antibiotik yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi ayam, apakah untuk pencegahan atau untuk pengobatan, 2. Pilihlah antibiotik yang cocok, dalam hal ini memiliki daya kerja untuk membunuh, 3. Mikroorganisme patogen atau sesuaikan dengan spekrum antibiotik tersebut, 4. Berikan antibiotik sesuai dengan waktu paruh yang dimiliki oleh antibiotik tersebut yang dipilih, 5. Berat badan dan konsumsi air minum mutlak harus diketahui agar antibiotik yang diberikan sesuai dosis yang dibutuhkan, 6. Perhatikan waktu henti obat dan lama pemberiannya, 7. Kemampuan diagnosa yang akurat agar tidak salah dalam pemberian dosis, dalam artian dilihat tingkat morbiditas, 8. Perhatikan umur ayam yang akan diobati.
Dari program kesehatan yang diterapkan pada peternakan ayam CV. Setia Budi Sragen menggunakan obat dari PT. Pyridam Veteriner Jakarta ada beberapa variabel yang harus diamati tiap minggu antara lain : konsumsi pakan (consumtion), pertambahan berat badan (average daily gain/ADG), Umur (age), dan kematian (mortilitas) dari keempat variable tersebut akan dapat dihitung FCR, dan IP. Sebagai studi kasus pada budidaya ayam broiler 5.000 ekor jika diperkirakan membutuhkan modal 100%, maka modal tersebut dapat dibagi dalam 5 komponen kebutuhan yaitu : Pakan 76.3%, DOC 18.5%, Obat 1.5%, Sekam 1%, Pemanas 1% dan Upah Tenaga Kerja 1.7%.
Meskipun faktor obat hanya berkisar 1.5% dari total investasi namun faktor ini sangat menentukan bagus tidaknya performan yang dihasilkan. Jika dalam pemeliharaan ayam tersebut tidak diberi program kesehatan maka akan rentan terhadap kondisi sakit sehingga tingkat kematian semakin tinggi dan bisa mencapai angka 1.6.7%, pada umur 33 hari ayam hanya berbobot 1.09 kg dengan FCR (Feed Convertion Rate) 1.97% sehingga diperoleh IP (indeks prestasi) 220. Dari hasil yang diperoleh tersebut maka peternak tentunya akan mengalami kerugian yang luar biasa besarnya per ekor bisa mencapai Rp. 1.935,- jika dikalikan 5000 ekor maka peternak akan rugi sebesar Rp. 9.675.000,-.
Peternak yang selalu memantau dan melakukan program kesehatan dengan baik maka tingkat kematian bisa semakin ditekan hingga angka 1.97%, pada umur 33 hari ayam bisa mencapai bobot 1.96kg dengan FCR (Feed Convertion Rate) 1.65% sehingga diperoleh IP (indeks prestasi) 336. Dari hasil yang diperoleh tersebut maka peternak tentunya bisa memperoleh keuntungan yang besar, per ekor bisa mencapai Rp. 3.005,- jika dikalikan 5000 ekor hasilnya sekitar Rp. 15.025.000,-.
Mengingat sangat besar investasi yang ditanamkan dalam bidang budidaya perunggasan, maka diharapkan dalam pengelolahan kesehatan unggas peternak memiliki pengetahuan tentang tata laksana pemeliharaan ayam karena tata laksana pemeliharaan ayam tersebut merupakan bagian dari manajemen perunggasan, dimana merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat produksi. Semoga menjadi masukan untuk program manajemen kesehatan bagi dokter hewan yang bekerja sebagai health control di bidang budidaya perunggasan. (agung w: aveterinary@yahoo.com)

Merintis di Era Krisis, Keberanian Berbisnis Kemitraan di Dunia Perunggasan

Krisis Global nampaknya tidak mempengaruhi seseorang untuk merintis usaha/ bisnis. Sedikit sekali seorang mahasiswa yang memberanikan diri untuk bekerja menjadi tenaga freelance (paruh waktu) ataupun bekerja fulltime di suatu instansi apalagi memulai berbisnis. Hal ini sangat jarang sekali kita jumpai karena banyak yang takut akan berdampak mundurnya masa studinya dan menjadikan nilai akademinya merosot. Namun berbeda dengan mahasiswa yang satu ini dia tampaknya beorientasi lain. Awalnya karena faktor keluarga yang pas-pasan dia harus memutar otak untuk bekerja supaya bisa membiayai kuliah dan dapat hidup di Jogja. Setelah berusaha dengan keras dan dengan memanfaatkan relasi akhirnya dia saat ini sudah bisa berkerja di Instansi Perguruan Tinggi tempat dia menuntut ilmu dan sekarang udah berjalan hampir 3 tahun.
Disamping menimba ilmu dan bekerja nampaknya lelaki berusia 24 tahun asal Sragen ini tidak pernah berhenti beraktifitas dia juga membantu menjalankan administrasi Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (APAYO), dan Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) Setelah belajar kurang lebih tiga tahun di dunia perunggasan dan bergaul dengan orang-orang yang mempunyai bisnis di bidang ini kini dia memberanikan diri untuk memulai merintis kemitraan ayam broiler (pedaging) di daerah Sragen dan sekarang semakin mantap memutuskan fokus menjalankan kemitraan broiler. Kemitraan Broiler yang dirikannya di beri nama “Setia Budi”. Belum genap setahun dia mengembangkan kemitraan broiler, manis pahitnya bisnis tersebut sedikit demi sedikit mulai dia rasakan. Populasi ayam broiler kemitraanya saat ini mencapai 15.000 ekor/ periode dengan jumlah peternak 10 orang.
Sejarah Kemitraan ‘Setia Budi”
Pria ini mengaku mengenal dekat ayam semenjak kuliah karena kebanyakan relasi atau punya kenalan dari seorang TS (Technical Service) dan Peternak Inti di Yogyakarta. Di masa-masa awal perkenalannya dengan ayam, Dia langsung kepincut untuk melakukan usaha budidaya broiler. Salah satu alasannya karena perputaran uang di bisnis ini tergolong cepat, hanya sekitar 25-40 hari. Bahkan kalau sedang mujur mendapatkan harga jual tinggi, laba besar dipastikan akan tergenggam. Memulai terjun di bisnis perunggasan di awal tahun 2008, dia menemukan fakta bahwa bisnis unggas ternyata menggiurkan dan sangat menarik. Populasi awalnya 2000 ekor, dan berkembang hingga 15 ribu ekor/periode. Usaha ternak broiler memang menyimpan risiko yang besar dan itu dirasakan betul oleh dia kerugian dari broiler-nya yang pernah 30 juta namun bisa ditutup kembali oleh keuntungannya.
Waktu pembentukan kemitraanSetia Budi adalah di Yogyakarta dimulai dari tanggal 9 Mei 2008. Kesepakatan ini terdiri dari Tiga pihak. Pihak I, dan III sepakat untuk menyediakan DOC dan Obat serta membuat laporan admin sedangkan Pihak II menyediakan pakan dan bertanggungjawab terhadap penjualan serta penagihan. Sekretariat kemitraan ayam broiler milik Setia Budi, terletak di Dusun Karang, Desa Mojokerto, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Unit Kemitraan Kabupaten Sragen membawahi beberapa peternakan yang berada di Kabupaten Sragen daerah (Kedawung, Pengkok, Karang Malang, Gondang), dan Kabupaten Karanganyar yaitu daerah (Mojogedang).
Evaluasi terhadap Kemitraan
Untuk mendapatkan bentuk kemitraan yang memadai telah dilakukan pengembangan alternatif model kemitraan dengan memasukkan aspek profitabilitas, prospek kemandirian usaha, kodeterminasi hubungan kemitraan serta kesinambungan usaha. Untuk implementasinya, melalui 4 (empat) tahapan yaitu: tahapan 1. Perubahan sistem penggunaan FCR untuk penentuan harga; tahapan 2. Perubahan sistem profit sharing; tahapan 3. Peralihan dalam penanganan pasca panen dan pemasaran dari Inti kepada peternak dan tahapan 4. Perubahan sistem rantai nilai agribisbisnis yang dilaksanakan peternak.Keberhasilan dan aplikasi model ini, Perlu dukungan intsrumen kebijakan dan penegakannya yang lebih berpihak kepada peternak, serta keikhlasan pihak yang kuat untuk memberikan kesempatan akses yang lebih besar dalam sektor pasca panen dan pemasaran kepada peternak mitra.
Kemitraan “Setia Budi” memberanikan diri untuk menawarkan solusi terhadap beberapa keluhan yang sering muncul sehubungan dengan pelaksanaan kemitraan diantaranya : 1) sudahkah hubungan kemitraan memenuhi azas saling menguntungkan? 2) peternak mitra hanya menjadi ‘sapi perahan’ pemilik modal, 3) peternak mitra adalah penanggung risiko terbesar (menanggung risiko kenaikan harga input, terutama bibit dan pakan) dan 4) pada saat harga output baik, keuntungan masih tetap lebih besar dinikmati pemilik modal. Pertanyaan dan keluhan tersebut sering muncul, namun yang perlu dicatat adalah munculnya pertanyaan dan keluhan tersebut adalah pada saat-saat tertentu yang memang sedang merugikan peternak mitra; sebaliknya tidak muncul pada saat-saat yang menguntungkan. Hitungan-hitungan untung rugi memang harus dilakukan tidak hanya sesaat, melainkan dalam jangka panjang, karena harga-harga input dan output memang selalu berfluktuasi. “Setia Budi” memberikan solusi dengan memberikan produk sapronak yang berkualitas dan kontrak harga yang menguntungkan kedua belah pihak.
Berdasarkan Evaluasi Tahun 2008 Performance Pemeliharaan Broiler di kemitraan “Setia Budi” Sragen diperoleh hasil yang cukup baik. Dengan mengggunakan pakan BR1 dan Duta PT. Japfa Comfeed dan DOC Platinum PT. Multibreeder diperoleh perhitungan IP (Indeks Prestasi) antara 245-335, FCR. 1.57-1.73,Berat Panen 1.40-2.21 kg, Umur 34-40 hr, Mortalitas 1.5-7.5%, keuntungan peternak Rp. 900-3000/ekor, dari 25 kali waktu check in hari 4 periode yang rugi dan 21 periode untung itu artinya 84% peternak untung dan hanya 16% tingkat kerugiannya , Selanjutnya dalam perhitungan keuntungan dalam rupiah dan profitabilitas diukur dengan profit margin dan return on investment. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap keuntungan adalah skala usaha, total biaya, harga jual dan umur panen.Kemudian rata-rata profit margin peternak plasma sebesar 15%. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap profit margin adalah skala usaha, total biaya dan harga jual, demikian pula return on investment peternak plasma sebesar 28%. (agung, aveterinary@yahoo.com)

Tahun Dua Ribu Sembilan Tahun yang Memberi Harapan

Global financial crisis atau sering dikenal dengan Krisis keuangan global telah mengimbas kesemua sektor. Dampaknya diperkirakan semakin nyata pada tahun 2009. Meski begitu, prospek bisnis perunggasan termasuk bidang produksi khususnya peternakan ayam pedaging (broiler) diperkirakan tetap menjanjikan karena di tengah penurunan daya beli akan terjadi substitusi pangan ke produk unggas. Produk unggas yang akan tetap bertahan, bahkan bisa meningkat produksinya, khususnya daging dan telur ayam. Karena daging dan telur merupakan jenis makanan yang berprotein tinggi, murah, mudah dijangkau, dan praktis.
Prospektifnya industri unggas di tengah krisis keuangan global memberi harapan bagi ketahanan sosial masyarakat. Mengingat sebagian besar usaha peternakan unggas, baik daging atau pun telur, dilakukan di pedesaan. Subsector perunggasan juga jadi lokomotive bagi industri pertanian lain, seperti budidaya jagung. Saat ini sekitar 12,5 juta orang atau sekitar 5 persen orang hidupnya berhubungan dengan industri perunggasan. Dari jumlah itu, ada 2,5 juta pekerja yang bekerja di sektor perunggasan.
Kendati iklim usaha perunggasan pada tahun 2009 mendatang menghadapi hambatan diperkirakan usaha ini tetap akan mengalami peningkatan. Produksi unggas nasional pada tahun depan diperkirakan sekitar 950 juta ekor bibit ayam (day old chick/DOC, atau naik tipis dari produksi 2008 hanya 900 juta DOC. Kenaikan target produksi itu bisa dicapai jika pemerintah membantu petani pengadaan bibit jagung hibrida dan menjaga stabilitas harga.
Sejalan dengan DOC, produksi telur dan karkas juga akan meningkat masing-masing akan berkisar di angka 1,15 juta ton dan 945 juta ekor dibandingkan dengan capaian 2008 yang masing-masing sekitar 1,1 juta ton telur dan 890 juta ekor karkas ayam broiler. Meskipun iklim investasinya stagnan pada 2009, kita harus tetap masih optimis akan terjadi peningkatan produksi/increasing production hingga mencapai 4 persen.
Dalam perhitungan keuangan kas dan investasi, belum banyak yang membedakan perhitungan-perhitungan penyusutan, perhitungan harga DOC, obat, vaksin, pakan dan konversi pakan, serta harga ayam broilernya. Sampai saat ini hal-hal semacam ini masih menjadi wacana bagi peternak. Dalam peternakan broiler, usaha peternakannya jika dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. Bila misalnya 2 kali periode kalah, maka 4 kali periodenya menang. Bila 4 kali periodenya kalah, 2 kali periodenya menang. Namun, sesungguhnya, meskipun cuma 2 kali periode menang, hasil usahanya lebih besar daripada nilai kekalahan yang 4 periodenya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya dalam setahun tidak ada ceritanya peternakan broiler rugi. Perhitungan usaha ayam broiler itu berbeda dengan usaha ayam layer. Dengan investasi yang sama dengan usaha ayam broiler, keuntungan bisnis ayam broiler 10 kali lipat dari ayam layer. Meskipun profit margin peternak hanya Rp. 400 s.d Rp. 1,500/kg dalam setahunnya, diharapkan tahun 2009 dapat mengalami peningkatan di banding tahun 2008.
Walaupun pada pergantian tahun 2008-2009 kemarin, situasi dan kondisi yang membuat peternak sejenak menahan nafas cukup lama yaitu 3,5 bulan. Sebuah periode yang bisa membuat sendi-sendi permodalan para peternak melemah dan hambatan kembali muncul yaitu faktor internal perunggasan seperti naiknya harga pakan dan DOC. Maka jika saja tahun 2008 ini masalah klasik itu bisa diatasi oleh semua pelaku usaha, sudah pasti akan membuat cerah dunia usaha perunggasan di tahun 2009.
Di tahun dua ribu sembilan semoga memberi harapan, dengan adanya peningkatan produksi diharapkan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat. Sehingga yang tepenting bagi peternak yaitu mempertahankan eksistensi perunggasan dengan menjaga aset-aset peternakan jangan sampai hilang. Karena yang paling banyak pasang surut adalah usaha peternakan ayam broiler. Hal lain yang seringkali menjadi kelemahan peternakan ayam broiler adalah masalah manajemen atau pengelolaan harusnya dapat dikelola dengan baik sehingga mampu melakukan efisiensi.
Keyakinan dan kepercayaan sebagai harapan baru bahwa dunia perunggasan akan maju dan terus berkembang didasarkan oleh situasi economy macro dan domestic socio-political. Secara kasat nyata, sudah jelas bahwa saat ini roda perekonomian Indonesia sudah bergerak nyata, terutama jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Tetaplah Maju Menatap Tahun Baru, selalu Jaya Peternak Indonesia… (agung: aveterinary@yahoo.com).

Sejenak Menahan Nafas disaat Pergantian Tahun 2008-2009

Sepanjang ingatan kolektif kita, sedikit sukar memprediksi situasi pasar unggas. Menjelang pergantian tahun 2008 ke tahun 2009 telah terjadi gunjang-ganjing pasar yang cukup membuat sport jantung peternak, pada akhir tahun ini situasinya cukup membuat gelisah namun pada kesempatan lain seperti momen lebaran sangat menggembirakan. Tak dapat dipungkiri, keadaan sosial, ekonomi dan psikologis masyarakat sangat memengaruhi kondisi pasar unggas kita.
Hujan di Bulan Desember 2008 ini rupanya merupakan sinyal merah buat peternak, pukulan yang datang cukup bertubi-tubi. Masyarakat mengurangi konsumsi hasil unggas khususnya daging ayam sekitar 2 bulan yaitu November, Desember tahun 2008 bahkan diprediksi sampai Januari 2009. Ini teramati dari drop-nya pasar (hingga 60%) di bulan November dan Desember 2008. Itulah pemasaran komoditi, bila tak terserap dengan segera, akan menumpuk di kandang. Maka beberapa minggu berselang, meskipun permintaan pasar sudah berangsur pulih, namun seolah-olah masih terjadi over supply dan baru kembali normal dalam waktu 5 minggu.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dirasakan peternak. Kerugian identik dengan menipisnya modal lancar peternak, biasanya setelah terjadi hal itu, permintaan bibit ayam juga lemah. Harga bibit ayam juga lemah. Masih dalam bulan yang sama, kelangkaan dan mahalnya bahan baku pakan ternak khususnya jagung mulai terasa. Dampak dari mahalnya jagung tentu saja berpengaruh pada kenaikan harga pakan dari rata-rata Rp 4.700/kg menjadi sampai Rp 5.000/kg. Bahkan, berkurangnya daya serap DOC kala itu disinyalir merupakan dampak lain dari kenaikan harga pakan. Karena naiknya HPP (Harga Pokok Produksi) tidak dibarengi dengan kenaikan harga ayam di tingkat peternak, sehingga ada sebagian peternak yang menahan untuk chick in.
Di Yogyakarta dan sekitarnya awal Desember 2008 ini harga broiler sempat diperdagangkan Rp 6.500/kg, padahal BEP peternak bisa sampai Rp. 10.500/kg. Sehingga peternak mengalami kerugian Rp. 4000/kg, harga broiler di berbagai daerah juga mengalami penurunan drastis. Situasi pasar ini membuat optimisme peternak meredup dengan melakukan panic selling demi menekan kerugian. Merosotnya harga ayam pedaging juga ditunjang keadaan pasar yang absurd. Dengan mekanisme teknis penjualan yang didominasi broker, membuat harga jual broiler kerap terdikte. Akibatnya situasi pasar menjadi tidak berimbang, karena bila pasokan bibit ke pasar umum telah dipangkas 30%, logikanya harga ayam broiler turut terkatrol. Pada kenyataannya, kinerja ayam pedaging masih saja memburuk.
Memasuki akhir Februari 2009 situasi pasar broiler diprediksi baru akan mulai membaik. Akhir tahun yang miris ini ditambah lagi dengan pergantian cuaca yang menyebabkan timbulnya kasus penyakit yang cukup tinggi makin menyurutkan langkah peternak meraih untung. Melihat kondisi pasar unggas terahir, peternak memprediksi pelemahan harga berlangsung hingga mendekati Natal pada bulan Desember. Namun, tak sedikit pula yang khawatir terjadinya banjir pasokan seperti tahun lalu. Indikasi tersebut tercermin dari harga DOC yang diperdagangkan di bawah Rp. 1.000 pada pertengahan Desember. Bisa jadi, anjloknya harga DOC broiler karena produksi tidak terserap pasar. Hal ini terjadi lantaran peternak banyak yang mengurungkan jadwal chick in. Dengan harga pakan yang terus melambung, peternak khawatir apabila isi kandang, harga jualnya tidak sesuai harapan.
Namun disela-sela kegelisahan dan sejenak menahan nafas di pergantian tahun 2008-2009 ini tersirat optimisme. Salah satunya adalah momen persiapan pemilihan presiden 2009 yang mungkin bisa menjadi harapan mendongkrak konsumsi dan harga unggas – yang tentunya harus dibarengi dengan kampanye produk unggas. Tetaplah bertahan para peternak, karena dibalik anjloknya harga akan ada saat stabilnya harga, Tetap optimis, dan maju terus peternak Indonesia… (Agung :aveterinary@yahoo.com)

Wednesday, September 13, 2006

Tantangan Nyata Sarjana Peternakan Indonesia

Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris yang sangat subur. Mayoritas penduduknya (sekitar 60% dari total populasi) hidup dari sektor pertanian dan bekerja sebagai petani, pekebun, peternak dan nelayan. Sebagai negara yang kaya akan hasil bumi maka Indonesia memliki potensi alam yang sangat besar, yang dapat dieksplorasi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia ditemukan tidak kurang dari 945 jenis tanaman asli Indonesia yang terbagi menjadi 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber lemak/minyak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan, serta 17% species dunia ditemukan di Indonesia. Namun dari potensi alam yang sangat besar tersebut ternyata masih banyak jenis sumber daya alam yang belum dapat diolah dan dimanfaatkan secara optimal oleh bangsa Indonesia sendiri. Ironisnya, sebagian besar kebutuhan pangan telah tergantung impor dari negara lain.
Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa komoditas dan jumlah impor bahan pangan seperti beras 3,7 juta ton, gandum 4,5 juta ton, gula 1,6 juta ton, kedelai 1,3 juta ton, bungkil kedelai 1 juta ton, jagung 1,3 juta ton, ternak sapi 450,000 ekor, daging dan jeroan 42 ribu ton, dan susu, mentega, keju : 170 ribu ton setiap tahunnya. Data tersebut menggambarkan pemanfatan potensi alam yang kurang optimal atau karena tingginya tingkat kebutuhan akibat jumlah penduduk yang besar, sehingga kebutuhan pangan tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri. Bahkan beberapa waktu yang lampau kita semua tersentak dan kaget oleh berita baik di televisi maupun mass media lain karena masih ada sebagian dari warga negara ini meskipun hidup di alam merdeka 61 tahun silam, ternyata masih ada yang mengalami gizi buruk. Di sisi lain, sebagai negara agraris tentu Indonesia memiliki peluang agribisnis yang sangat besar, antara lain karena didukung Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Dari segi SDM, jumlah penduduk di Indonesia tercatat nomor empat terbesar di dunia. Pada tahun 2000, populasi penduduk Indonesia mencapai 210 juta dan pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 400 juta.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut maka secara otomatis merupakan potensi pasar yang luar biasa khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan termasuk kebutuhan pangan hewani asal peternakan. Dalam konteks ini peluang agribisnis peternakan terbuka luas dalam penyediaan kebutuhan konsumsi pangan dan ini merupakan salah satu tantangan nyata yang sekaligus peluang bagi para Sarjana Peternakan. Salah satu peluang dalam upaya peningkatan produksi pangan dalam negeri adalah pemanfaatan lahan kering.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia masih mempunyai potensi lahan khususnya lahan kering (60 juta ha) yang sangat luas untuk pengembangan pertanian termasuk peternakan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana memanfaatkan lahan marginal (lahan kering) secara optimal dan apakah SDM kita sudah siap, serta strategi apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan SDM dalam pengembangan usaha peternakan yang berdaya saing di kawasan lahan tersebut ?
Usaha agribisnis pada umumnya dan khususnya usaha peternakan apalagi di lahan kering sampai saat ini masih belum efisien dan belum berdaya saing. Untuk membangun daya saing, usaha peternakan harus berorientasi pada pasar yaitu meliputi price, quality dan value. Persaingan pasar yang ketat menuntut pelaku bisnis untuk mampu mengatasi dan menyiasatinya dengan cara menghasilkan produk dengan harga yang relatif terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas yang baik. Sistem usaha tani yang seadanya dan secara tradisional belum menghasilkan keuntungan yang menggembirakan. Petani lahan kering tidak mungkin hidup jika ekonomi rumah tangganya hanya tergantung kepada hasil tanaman. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat untuk menjawab tantangan tersebut di atas adalah melalui pendekatan sistem usahatani yang memadukan komoditas tanaman pangan/semusim dengan tanaman tahunan dan ternak dalam suatu model usahatani yang serasi dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang dimiliki petani. Sistem usaha tani terpadu ini diarahkan untuk memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan lahan, hasil samping pertanian, perkebunan dan peternakan sehingga setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang bernilai ekonomis (hutan-tanaman pertanian-pakan-ternak).
Di samping upaya pengembangan usaha secara terpadu, kunci keberhasilan bisnis peternakan sangat tergantung pada SDM sebagai kunci utama dengan didukung oleh minimal tiga pilar pendukung yaitu 1) lingkungan, 2) modal, dan 3) teknologi. Dari pilar pendukung yang berupa lingkungan, peranan pemerintah sangat fundamental. Diharapkan pemerintah mempunyai komitmen politik yang kuat untuk mengembangkan agribisnis peternakan melalui misalnya penerbitan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum dalam pembangunan peternakan yang sinergis dengan peraturan perundang undangan lain yang terkait, menciptakan iklim usaha yang kondusif (keamanan), menyediakan sarana-prasarana transportasi dan komunikasi, dan adanya jaminan hukum atas penguasaan lahan untuk peternakan.
Dari segi modal, peran lembaga keuangan baik perbankan maupun lembaga keuangan non-bank diharapkan mendukung dalam upaya-upaya penguatan modal untuk pengembangan agribisnis peternakan. Selama ini ada indikasi bahwa pihak perbankan enggan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha peternakan karena investasi di bidang peternakan dipandang cukup berisiko bila dibandingkan dengan jenis usaha lain. Penguatan modal sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan aset bagi peternak dan pengusaha peternakan. Kebijakan penguatan modal harus lebih berpihak, dengan skim-skim tertentu yang favorable bagi pengembangan bisnis peternakan. Apabila kita bandingkan dengan kebijakan penguatan modal yang terjadi di negara tetangga seperti Australia dan Thailand sangatlah kurang berpihak pada pelaku bisnis peternakan di Indonesia. Di Australia, untuk usaha peternakan sapi potong pemerintah memberikan alokasi kredit cukup besar dengan tingkat suku bunga kurang dari 8% per tahun dan lama kredit antara 15-20 tahun. Kebijakan ini sangat membantu peternak sapi potong di Australia untuk memiliki aset yang cukup sehingga akhirnya berdaya saing tinggi. Demikian pula pengembangan ternak (sapi perah) di Thailand, kebijakan pemerintah dalam penguatan modal sangat menguntungkan peternak. Kalau kita bandingkan dengan kondisi di Indonesia, kebijakan penguatan modal masih belum memihak, karena sebagai contoh kredit ketahanan pangan, jangka waktu pengembalian kredit maksimal 3 tahun dengan tingkat suku bunga komersial (>12% per tahun). Kondisi demikian ini tidak memungkinkan petani-peternak memiliki aset yang cukup, sehingga daya saingnya tentu sangat rendah.
Upaya mendorong SDM menuju ke arah entrepreneur (agropreneur) baik yang masih berpendidikan rendah maupun yang telah berpendidikan tinggi (D3, S1) khususnya para Sarjana Peternakan untuk meniti karier di dunia bisnis peternakan-pertanian perlu terus dilakukan dan dalam hal ini Perguruan Tinggi mempunyai peran yang signifikan. Pendidikan Tinggi Peternakan perlu membekali lulusannya dengan knowledge, skill, ability dan attitude yang cukup di samping entrepreneurships maupun leaderships.
Di samping melalui jalur pendidikan untuk menghasilkan lulusan dan SDM yang qualified dan berjiwa entrepreneur, satu hal yang harus dilakukan terutama oleh pemerintah adalah perlunya pemberian "insentif" bagi pelaku usaha yang bersedia membangun usaha di kawasan lahan kering. Insentif dapat diterapkan misalnya dengan penerapan keringanan pajak, kemudahan-kemudahan dalam pengurusan usaha, perlindungan hukum dan pembangunan sarana-prasarana yang menunjang usaha. Penerapan insentif ini akan dapat mendorong SDM yang berkualitas dan berdedikasi untuk tetap bersedia tinggal dan hidup membangun daerah lahan kering dan secara tidak langsung akan mengurangi arus urbanisasi.
Usaha pengembangan ternak tidak hanya perlu modal, bibit unggul, pasar dan sarana prasarana akan tetapi sangat membutuhkan SDM yang tangguh dan andal, bermotivasi tinggi, trampil dalam mengelola usaha, tanggap terhadap permintaan pasar, dan responsif terhadap teknologi baru. Inilah tantangan riil para Sarjana Peternakan Indonesia untuk dapat mengoptimalkan lahan marginal yang masih undertulized melalui pengembangan usaha peternakan sehingga masalah kemiskinan dan gizi buruk perlahan tapi pasti akan dapat diatasi.

*) Dr Ir Ali Agus DAA, DEA, Dosen Fakultas Peternakan UGM, Ketua ISPI Cabang DIY, Ketua Panitia Kongres IX ISPI 2006

Thursday, August 10, 2006

U.S. EXPANDS AI MONITORING

UNITED STATES: USDA will begin testing wild birds in the lower 48 states for signs of the deadly virus.
Last fall, the deadly H5N1 strain of avian influenza spread out of Asia. By the end of winter, health officials detected the virus in birds in the Middle East, Russia, Western Europe, and Africa. Influenza experts believe that wild birds, particularly waterfowl, carried the virus.
Now, the U.S. Department of Agriculture (USDA) fears that the highly-pathogenic strain of avian influenza will spread to the United States during the fall bird migration. To prevent an epidemic such as the one that devastated the poultry industries in several countries in Asia--namely Thailand, Indonesia, Vietnam, and China---USDA and the U.S. Department of the Interior (DOI) along with state governments have expanded the avian influenza-monitoring program to test wild birds in all 50 states. Last year, USDA launched a wild bird monitoring program in Alaska. Officials feared that avian influenza-infected wild duck, geese, and other waterfowl would migrate from Asia through Alaska to the United States.
USDA Secretary Mike Johanns and Interior Secretary Dirk Kempthorne announced that their respective departments are expanding wild bird monitoring for the highly-pathogenic H5N1 strain of the avian influenza virus beyond Alaska through cooperative agreements and projects made with the lower 48 states, Hawaii, and other Pacific islands.
“We are working on several fronts to combat highly-pathogenic avian influenza around the world and here at home,” Johanns explained. “Because we cannot control wild birds, our best protection is an early warning system, and this move to test thousands more wild birds throughout the country will help us to quickly identify, respond to, and control the virus, if it arrives in the United States.”
Kempthorne emphasized that a robust monitoring effort helps to ensure early detection should migratory birds carry this virus to North America.
“These coordinated federal and state testing programs will be important this fall as birds now nesting in Alaska and Canada begin their migration south through the continental United States,” he said.
As part of the “An Early Detection System for H5N1 Highly Pathogenic Avian Influenza in Wild Migratory Birds -- U.S. Interagency Strategic Plan,” USDA has completed cooperative agreements with 48 states thus far and is finalizing agreements with two other states, which cover all 50 states in the four major U.S. migratory bird flyways, according to a USDA news release. These agreements provide nearly $4 million for state agencies to sample specific species of migratory birds at appropriate sites under plans coordinated through the four national flyway councils.
The five monitoring strategies were developed cooperatively among USDA, DOI, and the states to ensure that priority wild bird species are sampled comprehensively throughout the southern Pacific Flyway and Pacific Islands. Together with Alaska, these are the priority areas identified by the national strategy because birds migrating from Asia intermingle with those that nest or over-winter primarily in these locations.
USDA and DOI are teaming up with states to collect 75,000 to 100,000 wild bird samples along with 50,000 environmental samples throughout the United States, including Alaska, the lower 48 states, Hawaii, Guam, U.S. Pacific territories, and freely-associated states.
The Alaska testing program, which is carried out by USDA, DOI, the State of Alaska and the University of Alaska, has been underway for several months and has tested nearly 10,000 wild birds. So far, the avian influenza virus has not been detected in any of the birds.
Specific wild bird sampling locations in each state will depend on the weather and habitat conditions at the time of bird migration. State wildlife agencies, working through interagency groups, will determine the locations of the sampling sites as migration occurs and areas are identified where large groups of migratory birds are congregating. Sampling areas will include public lands, such as, national and state wildlife refuges, national, and state parks, private lands with landowner permission, and urban/suburban areas, such as ponds and city parks.
The national wild bird monitoring plan is part of President George W. Bush’s National Strategy for Pandemic Influenza. Bush allocated $29 million in his fiscal year 2006 avian influenza supplemental funding package for implementation of the wild bird monitoring plan. This funding was allocated to USDA and DOI.
Web posted: August 10, 2006Category: Food Safety,Legislation and Regulation,ResearchIn Europe:Chris Harris, Editor orIn North America: Bryan Salvage, Editorial Director

Kongres XV PDHI Pilih Ketua Umum Baru

Ditengah hajatan akbar Indolivestock 2006, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) menggelar Kongres ke XV dirangkai Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) ke IX pada hari Selasa – Jumat, 11 – 14 Juli di Jakarta. Peserta yang hadir adalah para dokter hewan seluruh Indonesia.

Dalam sambutannya, drh Arsentina Panggabean Ketua Panitia Kongres dan KIVNAS tidak menduga jika para teman sejawat diseluruh Indonesia memberikan tanggapan yang positif dan dengan senang hati melangkahkan kaki ke Jakarta untuk bertukar informasi dan pengalaman.

Ketua Umum PB PDHI 2002 - 2006, drh Budi Tri Akoso, MSc PhD mengatakan kongres yang merupakan kekuasaan tertinggi perhimpunan ini adalah kewajiban sekaligus memenuhi amanat Kongres ke XIV lalu di Mataram tanggal 7-9 Oktober 2002. Dalam sambutannya dipaparkan bahwa banyak PR yang belum terselesaikan hingga saat ini antara lain masalah penyelesaian revisi Undang-Undang peternakan dan Kesehatan Hewan No 6/67 tidak kunjung usai, konsep Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS) masih terus dibahas, kewenangan dan otoritas medis veteriner belum terakomodasi secara utuh, peranan profesi medis veteriner dalam kebijakan penanggulangan penyakit hewan menular sering tidak jelas, penanganan wabah AI secara nasional yang belum dapat diselesaikan, dan masih banyak lagi berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan secara sistematis, integrative dan berkelanjutan.

Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, dipaparkan Budi bahwa dalam kegiatan Kongres ke XV telah disediakan satu forum diskusi dalam acara “Dialog Nasional” yang diadakan secara khusus untuk menampung semua aspirasi, melakukan diskusi dan menyamakan persepsi terhadap berbagai persoalan medis veteriner baik sebagai langkah perencanaan kedepan, maupun melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah atau sedang berlangsung. Sebagai ajang pertukaran informasi, peningkatan profesionalisme dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam kongres juga disediakan ruang diskusi dalam bentuk “Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional”. Diharapkan forum semacam ini dapat lebih meningkatkan kompetensi dokter hewan, membangun jalinan kerjasama dengan semangat kekerabatan, solidaritas antar sejawat, profesionalisme dan tetap dilandasi oleh motto organisasi “Manusya Mriga Satwa Sewaka”.

Kumpul nasional diawali dengan agenda malam temu kangen dan penyampaian berbagai informasi diantaranya penjelasan mengenai Yayasan Hemerazo, didirikan oleh anggota PB PDHI melaui Akta Notaris Soelaeman Andjarsasmita, SH tanggal 23 Mei 1991 dan juga pembangunan Gedung Veterinery Center untuk wadah seluruh kegiatan keluarga besar dokter hewan serta mengenai dana sosial Keluarga Dokter Hewan Indonesia yang efektif beroperasi mulai 1 Agustus 2002. Agenda kongres sendiri baru dilaksanakan pada hari hari ke dua dengan mendengarkan Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum tahun 2002-2006 yang akhirnya disahkan sebagai ketetapan kongres dan dilanjutkan dengan siding komisi. Sebelumnya digelar acara dialog nasional. Sebagai Key Note Speaker adalah Prof Farid Anfasa Moeloek yang juga Ketua Umum IDI. Acara dialog nasional ini diantaranya diisi dengan presentasi tentang permasalahan profesi veteriner (current issue profesi medik, otoritas veteriner, siskeswannas dan pentingnya payung hukum untuk dokter hewan). Menghadirkan pembicara Dr drh Trisatya Naipospos, Dr drh Soehadji dan dr drh Mangkoe Sitepu.

Disela-sela agenda Kongres PDHI, digelar pula Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional yang ke IX. Adapula pertemuan Organisasi Non Teritori (ONT) dibawah PDHI seperti perkumpulan dokter hewan yang bergerak di bidang perunggasan, hewan kesayangan, sapi perah, konservasi dan satwa liar serta karantina.

Puncak dari acara Kongres PDHI adalah terpilihnya drh Wiwiek Bagja sebagai Ketua Umum PB PDHI periode 2006 - 2010 yang dalam kepengurusan sebelumnya menjabat sebagai Sekjen PB PDHI. Wiwiek mengalahkan saingannya antara lain Prabowo, Tri Satya, dan Olan. Acara kongres secara resmi ditutup oleh Fauzi Bowo, Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Tuesday, August 08, 2006

Deptan Usul Bentuk BUMN Bidang Peternakan

Bangkrutnya PT Bina Mulya Ternak (BMT) usaha agribisnis yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV, memacu timbulnya ide Departemen Pertanian untuk mengusulkan pembentukan perusahaan negara dibidang peternakan melalui Kementerian BUMN. Menurut Dirjen Peternakan Deptan, Mathur Riady, ”Pembentukan BUMN peternakan sangat diperlukan terutama untuk mengantisipasi persoalan seperti yang terjadi pada sektor tanaman pangan.” Menurut Dia ”hancurnya BMT disebabkan karena perusahaan peternakan tidak dikelola dengan baik, sehingga sudah jelas tidak mengalami perkembangan bahkan anjlok”. Pembangunan BUMN agribisnis peternakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daging dan susu sapi nasional, menciptakan serta memelihara kestabilan pasokan serta distribusi komoditas di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu Mathur juga menegaskan, melalui pembangunan BUMN sektor peternakan dapat membuka lapangan kerja serta menghasilkan pemasukan bagi negara lewat Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Agung W
Sumber : Bisnis Indonesia