Wednesday, September 13, 2006

Tantangan Nyata Sarjana Peternakan Indonesia

Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris yang sangat subur. Mayoritas penduduknya (sekitar 60% dari total populasi) hidup dari sektor pertanian dan bekerja sebagai petani, pekebun, peternak dan nelayan. Sebagai negara yang kaya akan hasil bumi maka Indonesia memliki potensi alam yang sangat besar, yang dapat dieksplorasi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia ditemukan tidak kurang dari 945 jenis tanaman asli Indonesia yang terbagi menjadi 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber lemak/minyak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan, serta 17% species dunia ditemukan di Indonesia. Namun dari potensi alam yang sangat besar tersebut ternyata masih banyak jenis sumber daya alam yang belum dapat diolah dan dimanfaatkan secara optimal oleh bangsa Indonesia sendiri. Ironisnya, sebagian besar kebutuhan pangan telah tergantung impor dari negara lain.
Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa komoditas dan jumlah impor bahan pangan seperti beras 3,7 juta ton, gandum 4,5 juta ton, gula 1,6 juta ton, kedelai 1,3 juta ton, bungkil kedelai 1 juta ton, jagung 1,3 juta ton, ternak sapi 450,000 ekor, daging dan jeroan 42 ribu ton, dan susu, mentega, keju : 170 ribu ton setiap tahunnya. Data tersebut menggambarkan pemanfatan potensi alam yang kurang optimal atau karena tingginya tingkat kebutuhan akibat jumlah penduduk yang besar, sehingga kebutuhan pangan tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri. Bahkan beberapa waktu yang lampau kita semua tersentak dan kaget oleh berita baik di televisi maupun mass media lain karena masih ada sebagian dari warga negara ini meskipun hidup di alam merdeka 61 tahun silam, ternyata masih ada yang mengalami gizi buruk. Di sisi lain, sebagai negara agraris tentu Indonesia memiliki peluang agribisnis yang sangat besar, antara lain karena didukung Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Dari segi SDM, jumlah penduduk di Indonesia tercatat nomor empat terbesar di dunia. Pada tahun 2000, populasi penduduk Indonesia mencapai 210 juta dan pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 400 juta.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut maka secara otomatis merupakan potensi pasar yang luar biasa khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan termasuk kebutuhan pangan hewani asal peternakan. Dalam konteks ini peluang agribisnis peternakan terbuka luas dalam penyediaan kebutuhan konsumsi pangan dan ini merupakan salah satu tantangan nyata yang sekaligus peluang bagi para Sarjana Peternakan. Salah satu peluang dalam upaya peningkatan produksi pangan dalam negeri adalah pemanfaatan lahan kering.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia masih mempunyai potensi lahan khususnya lahan kering (60 juta ha) yang sangat luas untuk pengembangan pertanian termasuk peternakan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana memanfaatkan lahan marginal (lahan kering) secara optimal dan apakah SDM kita sudah siap, serta strategi apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan SDM dalam pengembangan usaha peternakan yang berdaya saing di kawasan lahan tersebut ?
Usaha agribisnis pada umumnya dan khususnya usaha peternakan apalagi di lahan kering sampai saat ini masih belum efisien dan belum berdaya saing. Untuk membangun daya saing, usaha peternakan harus berorientasi pada pasar yaitu meliputi price, quality dan value. Persaingan pasar yang ketat menuntut pelaku bisnis untuk mampu mengatasi dan menyiasatinya dengan cara menghasilkan produk dengan harga yang relatif terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas yang baik. Sistem usaha tani yang seadanya dan secara tradisional belum menghasilkan keuntungan yang menggembirakan. Petani lahan kering tidak mungkin hidup jika ekonomi rumah tangganya hanya tergantung kepada hasil tanaman. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat untuk menjawab tantangan tersebut di atas adalah melalui pendekatan sistem usahatani yang memadukan komoditas tanaman pangan/semusim dengan tanaman tahunan dan ternak dalam suatu model usahatani yang serasi dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang dimiliki petani. Sistem usaha tani terpadu ini diarahkan untuk memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan lahan, hasil samping pertanian, perkebunan dan peternakan sehingga setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang bernilai ekonomis (hutan-tanaman pertanian-pakan-ternak).
Di samping upaya pengembangan usaha secara terpadu, kunci keberhasilan bisnis peternakan sangat tergantung pada SDM sebagai kunci utama dengan didukung oleh minimal tiga pilar pendukung yaitu 1) lingkungan, 2) modal, dan 3) teknologi. Dari pilar pendukung yang berupa lingkungan, peranan pemerintah sangat fundamental. Diharapkan pemerintah mempunyai komitmen politik yang kuat untuk mengembangkan agribisnis peternakan melalui misalnya penerbitan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum dalam pembangunan peternakan yang sinergis dengan peraturan perundang undangan lain yang terkait, menciptakan iklim usaha yang kondusif (keamanan), menyediakan sarana-prasarana transportasi dan komunikasi, dan adanya jaminan hukum atas penguasaan lahan untuk peternakan.
Dari segi modal, peran lembaga keuangan baik perbankan maupun lembaga keuangan non-bank diharapkan mendukung dalam upaya-upaya penguatan modal untuk pengembangan agribisnis peternakan. Selama ini ada indikasi bahwa pihak perbankan enggan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha peternakan karena investasi di bidang peternakan dipandang cukup berisiko bila dibandingkan dengan jenis usaha lain. Penguatan modal sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan aset bagi peternak dan pengusaha peternakan. Kebijakan penguatan modal harus lebih berpihak, dengan skim-skim tertentu yang favorable bagi pengembangan bisnis peternakan. Apabila kita bandingkan dengan kebijakan penguatan modal yang terjadi di negara tetangga seperti Australia dan Thailand sangatlah kurang berpihak pada pelaku bisnis peternakan di Indonesia. Di Australia, untuk usaha peternakan sapi potong pemerintah memberikan alokasi kredit cukup besar dengan tingkat suku bunga kurang dari 8% per tahun dan lama kredit antara 15-20 tahun. Kebijakan ini sangat membantu peternak sapi potong di Australia untuk memiliki aset yang cukup sehingga akhirnya berdaya saing tinggi. Demikian pula pengembangan ternak (sapi perah) di Thailand, kebijakan pemerintah dalam penguatan modal sangat menguntungkan peternak. Kalau kita bandingkan dengan kondisi di Indonesia, kebijakan penguatan modal masih belum memihak, karena sebagai contoh kredit ketahanan pangan, jangka waktu pengembalian kredit maksimal 3 tahun dengan tingkat suku bunga komersial (>12% per tahun). Kondisi demikian ini tidak memungkinkan petani-peternak memiliki aset yang cukup, sehingga daya saingnya tentu sangat rendah.
Upaya mendorong SDM menuju ke arah entrepreneur (agropreneur) baik yang masih berpendidikan rendah maupun yang telah berpendidikan tinggi (D3, S1) khususnya para Sarjana Peternakan untuk meniti karier di dunia bisnis peternakan-pertanian perlu terus dilakukan dan dalam hal ini Perguruan Tinggi mempunyai peran yang signifikan. Pendidikan Tinggi Peternakan perlu membekali lulusannya dengan knowledge, skill, ability dan attitude yang cukup di samping entrepreneurships maupun leaderships.
Di samping melalui jalur pendidikan untuk menghasilkan lulusan dan SDM yang qualified dan berjiwa entrepreneur, satu hal yang harus dilakukan terutama oleh pemerintah adalah perlunya pemberian "insentif" bagi pelaku usaha yang bersedia membangun usaha di kawasan lahan kering. Insentif dapat diterapkan misalnya dengan penerapan keringanan pajak, kemudahan-kemudahan dalam pengurusan usaha, perlindungan hukum dan pembangunan sarana-prasarana yang menunjang usaha. Penerapan insentif ini akan dapat mendorong SDM yang berkualitas dan berdedikasi untuk tetap bersedia tinggal dan hidup membangun daerah lahan kering dan secara tidak langsung akan mengurangi arus urbanisasi.
Usaha pengembangan ternak tidak hanya perlu modal, bibit unggul, pasar dan sarana prasarana akan tetapi sangat membutuhkan SDM yang tangguh dan andal, bermotivasi tinggi, trampil dalam mengelola usaha, tanggap terhadap permintaan pasar, dan responsif terhadap teknologi baru. Inilah tantangan riil para Sarjana Peternakan Indonesia untuk dapat mengoptimalkan lahan marginal yang masih undertulized melalui pengembangan usaha peternakan sehingga masalah kemiskinan dan gizi buruk perlahan tapi pasti akan dapat diatasi.

*) Dr Ir Ali Agus DAA, DEA, Dosen Fakultas Peternakan UGM, Ketua ISPI Cabang DIY, Ketua Panitia Kongres IX ISPI 2006

Thursday, August 10, 2006

U.S. EXPANDS AI MONITORING

UNITED STATES: USDA will begin testing wild birds in the lower 48 states for signs of the deadly virus.
Last fall, the deadly H5N1 strain of avian influenza spread out of Asia. By the end of winter, health officials detected the virus in birds in the Middle East, Russia, Western Europe, and Africa. Influenza experts believe that wild birds, particularly waterfowl, carried the virus.
Now, the U.S. Department of Agriculture (USDA) fears that the highly-pathogenic strain of avian influenza will spread to the United States during the fall bird migration. To prevent an epidemic such as the one that devastated the poultry industries in several countries in Asia--namely Thailand, Indonesia, Vietnam, and China---USDA and the U.S. Department of the Interior (DOI) along with state governments have expanded the avian influenza-monitoring program to test wild birds in all 50 states. Last year, USDA launched a wild bird monitoring program in Alaska. Officials feared that avian influenza-infected wild duck, geese, and other waterfowl would migrate from Asia through Alaska to the United States.
USDA Secretary Mike Johanns and Interior Secretary Dirk Kempthorne announced that their respective departments are expanding wild bird monitoring for the highly-pathogenic H5N1 strain of the avian influenza virus beyond Alaska through cooperative agreements and projects made with the lower 48 states, Hawaii, and other Pacific islands.
“We are working on several fronts to combat highly-pathogenic avian influenza around the world and here at home,” Johanns explained. “Because we cannot control wild birds, our best protection is an early warning system, and this move to test thousands more wild birds throughout the country will help us to quickly identify, respond to, and control the virus, if it arrives in the United States.”
Kempthorne emphasized that a robust monitoring effort helps to ensure early detection should migratory birds carry this virus to North America.
“These coordinated federal and state testing programs will be important this fall as birds now nesting in Alaska and Canada begin their migration south through the continental United States,” he said.
As part of the “An Early Detection System for H5N1 Highly Pathogenic Avian Influenza in Wild Migratory Birds -- U.S. Interagency Strategic Plan,” USDA has completed cooperative agreements with 48 states thus far and is finalizing agreements with two other states, which cover all 50 states in the four major U.S. migratory bird flyways, according to a USDA news release. These agreements provide nearly $4 million for state agencies to sample specific species of migratory birds at appropriate sites under plans coordinated through the four national flyway councils.
The five monitoring strategies were developed cooperatively among USDA, DOI, and the states to ensure that priority wild bird species are sampled comprehensively throughout the southern Pacific Flyway and Pacific Islands. Together with Alaska, these are the priority areas identified by the national strategy because birds migrating from Asia intermingle with those that nest or over-winter primarily in these locations.
USDA and DOI are teaming up with states to collect 75,000 to 100,000 wild bird samples along with 50,000 environmental samples throughout the United States, including Alaska, the lower 48 states, Hawaii, Guam, U.S. Pacific territories, and freely-associated states.
The Alaska testing program, which is carried out by USDA, DOI, the State of Alaska and the University of Alaska, has been underway for several months and has tested nearly 10,000 wild birds. So far, the avian influenza virus has not been detected in any of the birds.
Specific wild bird sampling locations in each state will depend on the weather and habitat conditions at the time of bird migration. State wildlife agencies, working through interagency groups, will determine the locations of the sampling sites as migration occurs and areas are identified where large groups of migratory birds are congregating. Sampling areas will include public lands, such as, national and state wildlife refuges, national, and state parks, private lands with landowner permission, and urban/suburban areas, such as ponds and city parks.
The national wild bird monitoring plan is part of President George W. Bush’s National Strategy for Pandemic Influenza. Bush allocated $29 million in his fiscal year 2006 avian influenza supplemental funding package for implementation of the wild bird monitoring plan. This funding was allocated to USDA and DOI.
Web posted: August 10, 2006Category: Food Safety,Legislation and Regulation,ResearchIn Europe:Chris Harris, Editor orIn North America: Bryan Salvage, Editorial Director

Kongres XV PDHI Pilih Ketua Umum Baru

Ditengah hajatan akbar Indolivestock 2006, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) menggelar Kongres ke XV dirangkai Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) ke IX pada hari Selasa – Jumat, 11 – 14 Juli di Jakarta. Peserta yang hadir adalah para dokter hewan seluruh Indonesia.

Dalam sambutannya, drh Arsentina Panggabean Ketua Panitia Kongres dan KIVNAS tidak menduga jika para teman sejawat diseluruh Indonesia memberikan tanggapan yang positif dan dengan senang hati melangkahkan kaki ke Jakarta untuk bertukar informasi dan pengalaman.

Ketua Umum PB PDHI 2002 - 2006, drh Budi Tri Akoso, MSc PhD mengatakan kongres yang merupakan kekuasaan tertinggi perhimpunan ini adalah kewajiban sekaligus memenuhi amanat Kongres ke XIV lalu di Mataram tanggal 7-9 Oktober 2002. Dalam sambutannya dipaparkan bahwa banyak PR yang belum terselesaikan hingga saat ini antara lain masalah penyelesaian revisi Undang-Undang peternakan dan Kesehatan Hewan No 6/67 tidak kunjung usai, konsep Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS) masih terus dibahas, kewenangan dan otoritas medis veteriner belum terakomodasi secara utuh, peranan profesi medis veteriner dalam kebijakan penanggulangan penyakit hewan menular sering tidak jelas, penanganan wabah AI secara nasional yang belum dapat diselesaikan, dan masih banyak lagi berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan secara sistematis, integrative dan berkelanjutan.

Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, dipaparkan Budi bahwa dalam kegiatan Kongres ke XV telah disediakan satu forum diskusi dalam acara “Dialog Nasional” yang diadakan secara khusus untuk menampung semua aspirasi, melakukan diskusi dan menyamakan persepsi terhadap berbagai persoalan medis veteriner baik sebagai langkah perencanaan kedepan, maupun melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah atau sedang berlangsung. Sebagai ajang pertukaran informasi, peningkatan profesionalisme dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam kongres juga disediakan ruang diskusi dalam bentuk “Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional”. Diharapkan forum semacam ini dapat lebih meningkatkan kompetensi dokter hewan, membangun jalinan kerjasama dengan semangat kekerabatan, solidaritas antar sejawat, profesionalisme dan tetap dilandasi oleh motto organisasi “Manusya Mriga Satwa Sewaka”.

Kumpul nasional diawali dengan agenda malam temu kangen dan penyampaian berbagai informasi diantaranya penjelasan mengenai Yayasan Hemerazo, didirikan oleh anggota PB PDHI melaui Akta Notaris Soelaeman Andjarsasmita, SH tanggal 23 Mei 1991 dan juga pembangunan Gedung Veterinery Center untuk wadah seluruh kegiatan keluarga besar dokter hewan serta mengenai dana sosial Keluarga Dokter Hewan Indonesia yang efektif beroperasi mulai 1 Agustus 2002. Agenda kongres sendiri baru dilaksanakan pada hari hari ke dua dengan mendengarkan Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum tahun 2002-2006 yang akhirnya disahkan sebagai ketetapan kongres dan dilanjutkan dengan siding komisi. Sebelumnya digelar acara dialog nasional. Sebagai Key Note Speaker adalah Prof Farid Anfasa Moeloek yang juga Ketua Umum IDI. Acara dialog nasional ini diantaranya diisi dengan presentasi tentang permasalahan profesi veteriner (current issue profesi medik, otoritas veteriner, siskeswannas dan pentingnya payung hukum untuk dokter hewan). Menghadirkan pembicara Dr drh Trisatya Naipospos, Dr drh Soehadji dan dr drh Mangkoe Sitepu.

Disela-sela agenda Kongres PDHI, digelar pula Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional yang ke IX. Adapula pertemuan Organisasi Non Teritori (ONT) dibawah PDHI seperti perkumpulan dokter hewan yang bergerak di bidang perunggasan, hewan kesayangan, sapi perah, konservasi dan satwa liar serta karantina.

Puncak dari acara Kongres PDHI adalah terpilihnya drh Wiwiek Bagja sebagai Ketua Umum PB PDHI periode 2006 - 2010 yang dalam kepengurusan sebelumnya menjabat sebagai Sekjen PB PDHI. Wiwiek mengalahkan saingannya antara lain Prabowo, Tri Satya, dan Olan. Acara kongres secara resmi ditutup oleh Fauzi Bowo, Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Tuesday, August 08, 2006

Deptan Usul Bentuk BUMN Bidang Peternakan

Bangkrutnya PT Bina Mulya Ternak (BMT) usaha agribisnis yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV, memacu timbulnya ide Departemen Pertanian untuk mengusulkan pembentukan perusahaan negara dibidang peternakan melalui Kementerian BUMN. Menurut Dirjen Peternakan Deptan, Mathur Riady, ”Pembentukan BUMN peternakan sangat diperlukan terutama untuk mengantisipasi persoalan seperti yang terjadi pada sektor tanaman pangan.” Menurut Dia ”hancurnya BMT disebabkan karena perusahaan peternakan tidak dikelola dengan baik, sehingga sudah jelas tidak mengalami perkembangan bahkan anjlok”. Pembangunan BUMN agribisnis peternakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daging dan susu sapi nasional, menciptakan serta memelihara kestabilan pasokan serta distribusi komoditas di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu Mathur juga menegaskan, melalui pembangunan BUMN sektor peternakan dapat membuka lapangan kerja serta menghasilkan pemasukan bagi negara lewat Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Agung W
Sumber : Bisnis Indonesia

Monday, August 07, 2006

UGM JUARA UMUM PIMNAS XIX 2006Fakultas Kedokteran Hewan Sumbangkan Perak dan Perunggu

UGM JUARA UMUM PIMNAS XIX 2006
Fakultas Kedokteran Hewan Sumbangkan Perak dan Perunggu

Acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XIX 2006 yang mengangkat tema “Pacu Kreativitas, Raih Prestasi Menuju Kemandirian Bangsa” ini dilaksanakan mulai tanggal 26-29 Juli 2006 yang bertempat di Gedung Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ajang kompetisi mahasiswa ini diikuti oleh 2000 finali mahasiswa dari 76 Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Dalam PIMNAS kali ini juga akan diisi dengan berbagai kegiatan yang menyangkut pengembangan ilmu pengetahun, teknologi, seni, dan kemampuan komunikasi ilmiah mahasiswa. Diantaranya adalah lomba karya tulis, Program Kreativitas Mahasiswa, Studium General, Seminar, Lomba Poster, Pameran Karya Mahasiswa, dan Iptek. Adapun program pendukung dalam PIMNAS XIX ini akan diisi dengan sarasehan, lomba seni, dan budaya, expo, bazar, panggung apresiasi seni dan budaya, serta wisata budaya dan industri.
Acara ditutup Direktur P2M Dikti, Prof. DR. M. Munir dan dihadiri seluruh Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan, para official, Koordinator Kopertis Wilayah VII Prof. DR. Nadjadjih Anwar, serta rektor dan jajaran rektorat UMM.Dalam sambutannya, Munir menyampaikan selamat kepada para pemenang dan terima kasih kepada UMM yang berhasil secara sukses menyelenggarakan PIMNAS. Hal senada juga disampaikan Nadjadjih yang merasa bangga PTS dipercaya sebagai tuan rumah PIMNAS dan UMM telah membuktikannya.

UGM Geser IPB
Fakultas Kedokteran Hewan dengan penelitian PKMT yaitu dengan judul ”Inovasi Teknologi Pembuatan Vaksin dalam Sediaan Gel Guna Mencegah Penyakit Koksidiosis pada Peternakan Ayam Rakyat” memperoleh perunggu dalam bidang Poster PKMT. Dan Kelompok “Pembuatan Prototipe Kit Diagnostik untuk Mengetahui Estrus pada Sapi Guna Mengetahui Waktu yang Tepat untuk Melakukan Inseminasi Buatan” memperoleh medali Perak. Kedua kotingen dari FKH memperkuat UGM dalam perhitungan jumlah mendali dan menentukan sebagai juara menggeser posisi IPB. UGM berhasil merebut piala bergilir Menteri Pendidikan Nasional “Adhikarta Kertawidya” UGM memperoleh kemenangan 5 setara emas, 5 perak dan 5 perunggu. Sedangkan IPB 5 emas, 4 perak dan 4 perunggu. ITS mendapatkan 5 emas, 4 perak, 3 perunggu. Kontingen tuan rumah, UMM, memperoleh 1 emas. Emas UMM merupakan satu-satunya yang diperoleh PT se Malang. Piala Bergilir Mendiknas diserahkan oleh Direktur P2M kepada Wakil Rektor III UGM, DR. Chairil Anwar. Unggulan juara dua kali berturut-turut IPB harus mengakui keunggulan kontingen UGM.
Harapannya dengan berbagai kegiatan ilmiah yang diselenggarakan ini bisa menciptakan hasil yang dapat diterapkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu juga diharapkan bisa menemukan temuan-temuan baru dibidang ilmu dan teknologi yang diteliti oleh kalangan mahasiswa sebagai hasil penalaran dan keilmuan secara ekstra kurikuler. Acara PIMNAS diakhiri dengan penyerahan Pataka dari UMM kepada Universitas Lampung (Unila) yang akan menjadi tuan rumah PIMNAS XX 2007 mendatang

UGM JUARA UMUM PIMNAS XIX 2006Fakultas Kedokteran Hewan Sumbangkan Perak dan Perunggu

UGM JUARA UMUM PIMNAS XIX 2006
Fakultas Kedokteran Hewan Sumbangkan Perak dan Perunggu

Acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XIX 2006 yang mengangkat tema “Pacu Kreativitas, Raih Prestasi Menuju Kemandirian Bangsa” ini dilaksanakan mulai tanggal 26-29 Juli 2006 yang bertempat di Gedung Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ajang kompetisi mahasiswa ini diikuti oleh 2000 finali mahasiswa dari 76 Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Dalam PIMNAS kali ini juga akan diisi dengan berbagai kegiatan yang menyangkut pengembangan ilmu pengetahun, teknologi, seni, dan kemampuan komunikasi ilmiah mahasiswa. Diantaranya adalah lomba karya tulis, Program Kreativitas Mahasiswa, Studium General, Seminar, Lomba Poster, Pameran Karya Mahasiswa, dan Iptek. Adapun program pendukung dalam PIMNAS XIX ini akan diisi dengan sarasehan, lomba seni, dan budaya, expo, bazar, panggung apresiasi seni dan budaya, serta wisata budaya dan industri.
Acara ditutup Direktur P2M Dikti, Prof. DR. M. Munir dan dihadiri seluruh Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan, para official, Koordinator Kopertis Wilayah VII Prof. DR. Nadjadjih Anwar, serta rektor dan jajaran rektorat UMM.Dalam sambutannya, Munir menyampaikan selamat kepada para pemenang dan terima kasih kepada UMM yang berhasil secara sukses menyelenggarakan PIMNAS. Hal senada juga disampaikan Nadjadjih yang merasa bangga PTS dipercaya sebagai tuan rumah PIMNAS dan UMM telah membuktikannya.

UGM Geser IPB
Fakultas Kedokteran Hewan dengan penelitian PKMT yaitu dengan judul ”Inovasi Teknologi Pembuatan Vaksin dalam Sediaan Gel Guna Mencegah Penyakit Koksidiosis pada Peternakan Ayam Rakyat” memperoleh perunggu dalam bidang Poster PKMT. Dan Kelompok “Pembuatan Prototipe Kit Diagnostik untuk Mengetahui Estrus pada Sapi Guna Mengetahui Waktu yang Tepat untuk Melakukan Inseminasi Buatan” memperoleh medali Perak. Kedua kotingen dari FKH memperkuat UGM dalam perhitungan jumlah mendali dan menentukan sebagai juara menggeser posisi IPB. UGM berhasil merebut piala bergilir Menteri Pendidikan Nasional “Adhikarta Kertawidya” UGM memperoleh kemenangan 5 setara emas, 5 perak dan 5 perunggu. Sedangkan IPB 5 emas, 4 perak dan 4 perunggu. ITS mendapatkan 5 emas, 4 perak, 3 perunggu. Kontingen tuan rumah, UMM, memperoleh 1 emas. Emas UMM merupakan satu-satunya yang diperoleh PT se Malang. Piala Bergilir Mendiknas diserahkan oleh Direktur P2M kepada Wakil Rektor III UGM, DR. Chairil Anwar. Unggulan juara dua kali berturut-turut IPB harus mengakui keunggulan kontingen UGM.
Harapannya dengan berbagai kegiatan ilmiah yang diselenggarakan ini bisa menciptakan hasil yang dapat diterapkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu juga diharapkan bisa menemukan temuan-temuan baru dibidang ilmu dan teknologi yang diteliti oleh kalangan mahasiswa sebagai hasil penalaran dan keilmuan secara ekstra kurikuler. Acara PIMNAS diakhiri dengan penyerahan Pataka dari UMM kepada Universitas Lampung (Unila) yang akan menjadi tuan rumah PIMNAS XX 2007 mendatang

Kepedulian Bagi Peternak Sapi Lereng Merapi

Kepedulian Bagi Peternak Sapi Lereng Merapi

Posko UGM Peduli Bencana dan Fakultas Peternakan UGM memberikan bantuan kepada masyarakat di dusun-dusun di kawasan gunung Merapi senilai Rp 15 juta. Bantuan tersebut berupa jerami padi sebanyak 30 truk, 20 kardos pakan suplemen multinutrien, 7 buah bak air kapasitas 1500 liter dan biaya operasional pengadaan air.
Sumbangan diserahkan Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Dr Ir Tri Yuwanta SU DEA didampingi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Dr Ir Ali Agus DAA DEA dan diterima kelompok petani peternak “Dadi Makmur” hari Rabu (12/7) di Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan.
Sumbangan tersebut merupakan bantuan guna meringankan masyarakat peternak di Dusun Jambu, Dusun Ngrakah, Dusun Kaliadem, Dusun Kinahrejo, dan Dusun Petung Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, dimana saat ini mengalami kesulitan air bersih dan pakan ternak akibat aktivitas gunung Merapi.
Dekan Fakultas Peternakan UGM merasa turut prihatin atas kondisi tersebut dan berharap bantuan berupa jerami dapat meringankan beban bagi peternak dalam mencukupi cadangan pakan.
“Setidaknya peternak tidak bersusah payah mencari pakan kemana-mana. Disamping itu bantuan ini sedikit banyak menjaga ternak agar tidak mengalami stress berlebihan akibat kekurangan pakan”, ujar Tri Yuwanta.
Sebab menurut dia, akibat kekurangan pakan dan air minum bisa menyebabkan produksi susu turun, sehingga secara otomatis menurunkan pendapatan para peternak.
“Hasil pengamatan selama ini, akibat kesulitan pakan produksi susu di kelompok ternak “Dadi Makmur” turun mencapai lebih 50%. Kondisi ini mendorong peternak menjual sapi dengan harga sedikit lebih murah”, tambah Tri Yuwanta.
Disamping itu, Fakultas Peternakan UGM bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan berkeinginan menyalurkan pinjaman dana modal kerja sebesar Rp 40 juta kepada peternak. Pinjaman akan diserahkan melalui program penguatan modal dan pendampingan usaha. Dari program ini diharapkan dapat mendorong terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di tingkat pedesaan berbasis usaha ternak sapi perah.

Lomba dan Pameran Riset Mahasiswa Indonesia 2006

Lomba dan Pameran Riset Mahasiswa Indonesia 2006

MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia), bekerja sama dengan BEM dan Rektorat UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Bagi yang lulus tahun 2005, juga dipersilakan untuk mengikuti lomba riset ini.
Tata cara lomba sbb.:
1. Peserta yang berminat, mengirimkan abstrak hasil risetnya ke panitia lomba.
2. Tim juri akan memilih 30 abstrak terbaik pada setiap bidang ilmu (ada 6 bidang ilmu: Sains, Teknologi, Sosio Humaniora, Pendidikan, Agro dan Kesehatan), untuk mengikuti Training Penulisan Paper Standar Internasional. Pemateri training adalah :
- DR. Warsito, M.Eng. (Ohio State University, USA)
- DR. Dwi Handoko, M.Eng. (BPPT)
- DR. Mahfudz al Huda (BPPT)
- DR. Edi Sukur, M.Eng. (Pardic Company)
Training, insya Allah akan diadakan tanggal 2-3 September 2006, di UPI Bandung. Total peserta training adalah 180 mahasiswa.
3. Setelah mengikuti training, peserta diberi tugas membuat paper standar internasional dalam waktu kurang lebih 2 bulan.
4. Dari 180 paper yang terkumpul, dipilih 10 paper terbaik pada setiap bidang ilmu, menjadi finalis lomba riset (total 60 finalis), yang akan diundang untuk presentasi hasil risetnya pada tangal 9 Desember 2006. Tanggal 10 September, insya Allah akan diumumkan pemenang lomba dalam bentuk seminar Nasional, menghadirkan DR. Warsito, M.Eng dan Prof. DR.BJ.Habibie.
Batas waktu pengiriman abstrak, tanggal 18 Agustus 2006. info lebih lanjut dapat dilihat di http://www.riset-2006.cjb.net/

AGUNG WAHYONO PROFILE

Nama : AGUNG WAHYONO
TTL : Sragen, 8 Maret 1984
Alamat Kost : Karang Wuni D 11 Rt. 04 Depok, Sleman, Jogjakarta
HP/Telp : 081578782989
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM Angkt 2002
: Staff Operasional LPPM UGM
Kampus : FKH UGM, Jl. Olah Raga No. 1, Karang Malang, Yk 55281
Telp/Fax : 0274. 560862/ 0274. 560861 (Kampus)
E-mail : aveterinary@yahoo.com
Organisasi :
- Ketua UKM Himpunan Studi Ternak Produktif (HSTP) FKH UGM Tahun 2004-2005
- Kepala Departemen Penelitian UKM Penelitian & Pengkajian Interdisipliner GAMA CENDIKIA UGM Tahun 2005-2006
Hobby : Menulis, Organisasi dan Meneliti
Motto hidup : Lejitkan Potensi Diri dan Ukirlah Prestasi

Prestasi Penelitian :
v Juara III Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa Bidang Obat Tradisional Dinas Pendidikan DIY dan BPTIY Judul “Studi Potensi Daun Mimba Guna Mengobati Toxoplasmosis Kronis” Tahun 2004
v Penerima Grant Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Proyek DIKTI Judul “Inovasi Teknologi Pembuatan Vaksin Sediaan Gel Guna Mencegah Koksidiosis Pada Peternakan Ayam Rakyat” Tahun 2005
v Penerima Grant Program Student Union Grant Proyek Due-like Batch UGM Judul “Pemberdayaan Potensi Sapi Potong Dengan Merubah Pola Tradisional Dengan Pola Usahawan Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Desa Watu Gajah, Gedangsari, Gunung Kidul” Tahun 2005
v Mahasiswa Berprestasi Bidang Penelitian Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Hewan UGM Tahun 2005
v Juara Setara Perunggu Lomba Poster Judul ”Inovasi Teknologi pembuatan vaksin Sediaan Gel Guna mencegah Penyakit Koksidiosis pada Peternakan Ayam Rakyat” PKMT PIMNAS XIX Malang 2006



Pengalaman Ilmiah :
v Assisten Peneliti Uji Lapang Obat Cacing Levamid pada ayam oleh PT. Medion Bandung Tahun 2004-2005
v Assisten Pelaksana Bussino Grant Proyek PPKB Due-like Batch IV UGM Mata Kuliah Ilmu Penyakit Parasiter Tahun 2005
v Assisten Pelaksana Bussino Grant Proyek PPKB Due-like Batch IV UGM Mata Kuliah Ilmu Penyakit Unggas Tahun 2005
v Peserta Program Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Tingkat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tahun 2005
v Liputan Penelitian Mahasiswa Program Jelajah Kampus oleh Jogja TV Tentang Inovasi Teknologi Pembuatan Vaksin Koksidiosis Sediaan Gel Tahun 2005
v Liputan KKN Tematik UGM Program Jelajah Kampus oleh Jogja TV Tentang Inseminasi Buatan Pada Kambing Peranakan Ettawa Tahun 2005
v Assisten Pelaksana Bussino Grant Proyek PPKB Due-like Batch IV UGM Mata Kuliah Ilmu Penyakit Organik Hewan Kecil Tahun 2006
v Assisten Pelaksana Bussino Grant Proyek PPKB Due-like Batch IV UGM Mata Kuliah Ilmu Parasitologi Umum Tahun 2006
v Peserta PKMT PIMNAS Malang Judul “Inovasi Teknologi Pembuatan Vaksin Sediaan Gel Guna Mencegah Koksidiosis Pada Peternakan Ayam Rakyat” Tahun 2006
v Staff Operasional Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UGM Tahun 2006 s.d sekarang
v Penyaji Tingkat Nasional Presentasi Judul ”Inovasi Teknologi pembuatan vaksin Sediaan Gel Guna mencegah Penyakit Koksidiosis pada Peternakan Ayam Rakyat” PKMT PIMNAS XIX Malang 2006